Opini

Fenomena Caleg gagal usai Pemilu

Admin
×

Fenomena Caleg gagal usai Pemilu

Sebarkan artikel ini
ilustrasi by google

Oleh : Sp,Rayrobbend Swr Kepala Biro Mitrapol Sukabumi

MITRAPOL.com, Sukabumi Jabar – Fenomena Caleg yang gagal lolos lalu mengalami stres terjadi di dua pemilu sebelum ini, yaitu di tahun 2014 dan 2019. Seberapa banyak baik jumlah maupun prosentasenya saya tidak tahu persis, tapi benar-benar terjadi dan ada di antaranya yang saya kenal secara pribadi.

Jadi jika pasca rekapitulasi suara di Pemilu tahun 2024 ini terjadi ada caleg gagal yang stres, mungkin sudah dianggap hal biasa oleh masyarakat. Tapi bagaimana kalau yang stres bukan caleg, tapi justru pihak pendukung capres-cawapres yang kalah atau gagal?

Stres di sini bisa dalam arti sebenarnya, atau sekedar bertingkah laku seperti orang stres, atau di antara keduanya.

Fenomena itu bisa ditemui di berbagai platform media sosial di mana banyak pendukung capres-capres yang bisa dipastikan kalah berdasarkan quick count (QC) tak henti teriak “curang” dengan berbagai variasi topik, tapi umumnya secara garis besar yaitu topik QC tidak bisa dijadikan dasar; terjadi kecurangan secara terstruktur, sistematis dan masif (TSM); kemenangan 02 sudah diiketahui sebelum pencoblosan yang berarti curang.

Jika yang terus teriak itu buzzer, ya dimaklumi karena mereka memang dibayar untuk itu, tapi jika yang terus teriak seperti orang stres itu hanya simpatisan atau pendukung biasa, ya sangat menyedihkan.

Pendukung siapa yang bertingkah seperti orang stres itu? Tentu ada dari pendukung 01 dan 03, namun dari pengamatan sekilas kebanyakan pendukung 01.

Kenapa saya katakan seperti itu? Ibarat medsos itu sebuah ruang besar dan di ruang itu terdapat banyak orang di mana sebagian besar sudah mulai aktifitas normal, bekerja, nongkrong sambil ngopi obrolin topik keseharian, lalu orang-orang ini datang teriak masalah yang sama berulang-ulang, terus-menerus. Tak peduli banyak orang yang terganggu, dikasih tahu seperti apapun tidak mempan. Kayak orsng stres kan?

Apalagi pendukung 01 yang berasal dari kaum onoh, mereka sudah biasa menganggap diri dan kelompok mereka sebagai pemilik kebenaran. Jangankan medsos, surga saja seolah milik neneknya yang bisa mereka kapling seenak udelnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *