MITRAPOL.com, Jakarta – Malaysia baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menawarkan “diplomasi orangutan” kepada mitra dagangnya.
Hal ini bertujuan untuk meredakan kekhawatiran lingkungan terkait produksi minyak sawit dan mendorong pembelian minyak sawit Malaysia.
Menteri Komoditas Johari Abdul Ghani mengatakan negaranya berharap dapat menghasilkan niat baik yang sama seperti yang dilakukan Tiongkok dengan “diplomasi panda”-nya.
“Ini akan membuktikan kepada masyarakat global bahwa Malaysia berkomitmen terhadap konservasi keanekaragaman hayati,” ujarnya di X, dilansir BBC News.
“Malaysia tidak bisa mengambil pendekatan defensif terhadap isu minyak sawit. Sebaliknya kita perlu menunjukkan kepada negara-negara di dunia bahwa Malaysia adalah produsen minyak sawit berkelanjutan dan berkomitmen untuk melindungi hutan dan kelestarian lingkungan,” sambungnya.
Namun, rencana ini menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk aktivis lingkungan dan kesejahteraan hewan. Mereka menentang eksploitasi orangutan untuk tujuan diplomasi dan perdagangan, dan mengkhawatirkan dampaknya terhadap upaya konservasi.
Beberapa kritikus juga mempertanyakan efektivitas “diplomasi orangutan” dalam meningkatkan citra minyak sawit Malaysia.
Mereka berpendapat bahwa Malaysia perlu fokus pada solusi yang lebih berkelanjutan dan etis untuk mengatasi masalah lingkungan terkait minyak sawit, seperti deforestasi dan perburuan liar.
Sebagai alternatif, beberapa kelompok advokasi menyarankan Malaysia untuk menggunakan cara diplomasi lain, seperti kampanye edukasi dan kerjasama penelitian, untuk mempromosikan minyak sawit berkelanjutan.
Penting untuk dicatat bahwa rencana “diplomasi orangutan” ini masih dalam tahap awal dan belum ada rincian lebih lanjut tentang bagaimana dan kapan orangutan akan diberikan.
Pemerintah Malaysia perlu mempertimbangkan dengan seksama semua aspek dari rencana ini, termasuk implikasinya terhadap kesejahteraan hewan, konservasi, dan citra internasional Malaysia, sebelum mengambil langkah lebih lanjut.