MITRAPOL.com, Bandar Lampung — Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal secara resmi menutup kegiatan Lampung Begawi 2025 yang digelar di Lampung City Mall, pada Minggu (5/10/2025).
Dalam sambutannya, Gubernur Mirza menegaskan pentingnya penguatan regulasi dan kebijakan yang berpihak pada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai pilar utama penggerak ekonomi daerah.
Ia menjelaskan, posisi strategis Lampung bukan hanya sebagai pintu gerbang Pulau Sumatera, tetapi juga sebagai salah satu sentra produksi komoditas unggulan nasional. Beberapa komoditas penting seperti padi, kopi robusta, singkong, lada, kakao, dan tebu tumbuh subur di wilayah ini dan menjadi penopang utama perekonomian daerah.
“Pada tahun 2024, total kapasitas ekonomi Lampung atau uang yang beredar mencapai Rp483 triliun. Dari jumlah itu, sekitar Rp150 triliun atau hampir 30 persen berasal dari sektor pertanian,” ungkap Gubernur.
Namun, Gubernur menyoroti masih rendahnya nilai tambah dari komoditas unggulan daerah yang sebagian besar dijual dalam bentuk bahan mentah.
“Kopi kita hampir 90 persen masih keluar dari Lampung dalam bentuk green bean, padahal harga kopi olahan bisa hampir dua kali lipat lebih tinggi,” jelasnya.
Hal serupa, lanjutnya, juga terjadi pada komoditas kakao, nanas, dan singkong yang belum diolah secara optimal. Akibatnya, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lampung masih tergolong rendah, yakni sekitar 16 persen.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur juga menyoroti peran penting UMKM sebagai tulang punggung ekonomi daerah. Berdasarkan data, terdapat sekitar 492 ribu UMKM di Provinsi Lampung yang menopang kehidupan lebih dari 1,5 juta keluarga.
“Dengan jumlah UMKM sebanyak itu, seharusnya komoditas unggulan Lampung bisa diolah hingga ke tahap hilirisasi untuk menciptakan nilai tambah. Tantangan kita saat ini ada pada daya saing, akses permodalan, dan perluasan pasar,” kata Mirza.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi Lampung berkomitmen memperkuat regulasi dan kebijakan pro-UMKM yang mendorong terciptanya ekosistem usaha yang sehat dan berdaya saing.
“Ke depan, kami akan memastikan sektor pariwisata dan UMKM terintegrasi. Tempat wisata, hotel, restoran, dan toko oleh-oleh akan kami dorong agar memprioritaskan produk-produk lokal Lampung. Wisatawan datang membawa uang, dan uang itu harus dibelanjakan untuk produk lokal,” tegasnya.
Gubernur Mirza juga menyampaikan bahwa pertumbuhan sektor pariwisata Lampung menunjukkan tren positif. Hingga Juli 2025, tercatat 15 juta wisatawan domestik telah berkunjung, dan jumlah tersebut diperkirakan akan menembus 25 juta wisatawan hingga akhir tahun.
Menurutnya, peningkatan jumlah wisatawan harus diimbangi dengan kebijakan yang berpihak kepada pelaku usaha lokal agar manfaat ekonomi dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Strategi tercepat untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Lampung adalah dengan menggerakkan UMKM,” ujarnya.
Gubernur juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, lembaga keuangan, dan dunia usaha dalam memperkuat sistem ekonomi daerah.
“Pemerintah berpihak, regulasi berpihak, bank berpihak. Namun yang utama, daya saing UMKM juga harus kuat,” tegas Mirza menutup sambutannya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Bimo Epyanto, melaporkan bahwa selama tiga hari pelaksanaan Lampung Begawi 2025, jumlah pengunjung mencapai lebih dari 10 ribu orang.
Total transaksi pada tenant wastra mencapai Rp500 juta, dan pada tenant kuliner sebesar Rp460 juta. Selain itu, kegiatan business matching menghasilkan komitmen transaksi senilai Rp5,5 miliar, terutama dari sektor kopi serta makanan dan minuman. Pembiayaan perbankan yang tercatat juga mencapai Rp10,4 miliar.
“Capaian ini menunjukkan bahwa pelaku usaha Lampung mampu menunjukkan kinerja positif di tengah berbagai tantangan ekonomi,” ujar Bimo.