MITRAPOL.com, Jakarta — Pengamat sepak bola nasional Tommy Welly, atau yang akrab disapa Towel, menyayangkan pernyataan publik manajer Timnas Indonesia Sumardji usai kekalahan dari Arab Saudi dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2026. Menurutnya, pengungkapan kondisi internal ruang ganti dan pembahasan taktik seharusnya tidak dilakukan oleh seorang manajer tim.
“Jumat malam, manajer Timnas menyampaikan situasi di ruang ganti dan preferensi soal tiga bek. Terus terang saya menganggap ini komunikasi yang tidak wise diungkapkan sebagai tim manajer,” ujar Towel dalam wawancara dengan salah satu stasiun televisi swasta.
Towel menilai, menjaga suasana internal tim adalah tanggung jawab penting seorang manajer. Ketika perbedaan pandangan taktik disampaikan ke publik, hal itu dapat memicu persepsi negatif terhadap tim pelatih dan mengganggu stabilitas tim. “Keputusan teknis itu ranah pelatih kepala, bukan untuk dijelaskan secara terbuka,” tegasnya.
Ia juga mengkritisi munculnya berbagai konten media, termasuk podcast pemain setelah laga melawan Arab Saudi, yang menurutnya justru memperbesar sorotan negatif terhadap skuad Garuda. “Saya heran kenapa hal seperti ini bisa dibiarkan terjadi di momen penting kualifikasi,” ucapnya.
Lebih lanjut, Towel menyoroti munculnya narasi “coba-coba” terhadap pelatih kepala Patrick Kluivert terkait strategi dan komposisi pemain. “Kata ‘coba-coba’ itu framing. Bagaimana mungkin di pertandingan level seperti ini pelatih dianggap bereksperimen? Ini framing yang lahir dari analisa yang tidak jernih dan penuh sentimen masa lalu,” katanya.
Menurut Towel, variasi formasi seperti tiga atau empat bek merupakan bagian dari rencana taktik yang disesuaikan dengan karakter lawan. Dalam uji coba sebelumnya, tim juga sempat memainkan skema empat bek dengan duet Jay Idzes, Kevin Diks, dan Rizky Ridho di lini belakang.
Ia juga meminta publik untuk lebih bijak dalam mengkritik pemain. Contohnya, Yakob Sayuri yang dipuji saat tampil baik melawan Bahrain dan China, namun langsung dihujat ketika performanya menurun. Situasi serupa, kata Towel, juga dialami oleh Marc Klok, Beckham Putra, Rizky Ridho, dan Jay Idzes.
“Semua pemain bisa saja melakukan kesalahan. Tapi yang penting adalah kedewasaan publik dalam mencintai sepak bola, terutama di fase kritis menuju Piala Dunia,” jelasnya.
Towel menegaskan, sebagian besar pemain Indonesia belum memiliki pengalaman bermain di fase krusial seperti ini. “Semua pemain pasti ingin tampil di Piala Dunia, tapi pengalaman di fase seperti ini belum mereka miliki. Jadi dukungan publik seharusnya makin kuat, bukan sebaliknya,” pungkasnya.