MITRAPOL.com, Pandeglang — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat, terutama bagi anak-anak sekolah, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Program ini juga diharapkan dapat membantu menekan angka malnutrisi dan stunting, memperkuat sumber daya manusia (SDM), serta mendorong pemberdayaan ekonomi UMKM.
Belakangan, program MBG di Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, menjadi sorotan publik setelah muncul laporan mengenai makanan yang dinilai kurang layak konsumsi. Pihak sekolah disebut mengembalikan nasi goreng yang disediakan karena dianggap beraroma tidak sedap.
Menanggapi hal tersebut, pengelola dapur MBG Menes, Mega, memberikan klarifikasi. Ia menegaskan bahwa makanan yang dikirim bukan dalam kondisi basi, melainkan aroma muncul akibat acar yang menggunakan cuka.
“Benar saya pengelola MBG Menes. Terkait pemberitaan yang beredar, seharusnya ada konfirmasi terlebih dahulu kepada kami. Makanan itu tidak basi dan tidak bau. Kemungkinan bau muncul karena acar yang mengandung cuka tumpah ke nasi,” ujar Mega melalui sambungan telepon, Sabtu (18/10/2025).
Mega juga menyampaikan bahwa pihaknya telah menemui pihak sekolah untuk memberikan penjelasan dan menyampaikan permohonan maaf.
Ia menjelaskan, awalnya pengelola menyarankan untuk tidak menggunakan acar dalam menu tersebut, melainkan lalapan sayur. Namun, tim ahli gizi menyarankan tetap menggunakan acar sebagai pelengkap nasi goreng. Menu nasi goreng sendiri dipilih secara serentak pada hari itu dalam rangka peringatan ulang tahun Presiden Prabowo.
“Sejak awal kami sudah sarankan untuk tidak menggunakan acar. Tapi tim gizi menyarankan sebaliknya. Kami akan evaluasi agar hal serupa tidak terjadi lagi,” tambah Mega.
Sementara itu, Asisten Lapangan (Aslap) MBG Menes membenarkan bahwa dirinya sempat menyarankan agar acar tidak digunakan. “Sebenarnya menu awal hari itu bukan nasi goreng, tapi dimsum. Namun, karena peringatan ulang tahun Presiden Prabowo, seluruh MBG menggunakan menu nasi goreng,” jelasnya.
Ketika dikonfirmasi terkait alasan penggunaan cuka dalam makanan program gizi anak sekolah, Aslap menyarankan agar media meminta keterangan langsung dari ahli gizi. Hingga berita ini diterbitkan, ahli gizi terkait belum memberikan tanggapan.