Uncategorized

Diduga Jual Melebihi HET, Kios Pupuk Subsidi di Pagelaran Dikeluhkan Petani

Admin
×

Diduga Jual Melebihi HET, Kios Pupuk Subsidi di Pagelaran Dikeluhkan Petani

Sebarkan artikel ini
Diduga Jual Melebihi HET, Kios Pupuk Subsidi di Pagelaran Dikeluhkan Petani
Kios Penjualan Pupuk Bersubsidi di Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pandeglang, Banten,

MITRAPOL.com, Pandeglang – Harga pupuk subsidi di kios Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pandeglang, Banten, diduga dijual melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah. Kondisi ini dikeluhkan sejumlah petani setempat karena berdampak pada biaya produksi pertanian mereka.

Sebagai informasi, Kementerian Pertanian menetapkan HET pupuk subsidi tahun 2025 melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 644/Kpts/SR.310/M/11/2024, yakni:

  • Urea: Rp2.250/kg (Rp112.500 per 50 kg)
  • NPK Phonska: Rp2.300/kg (Rp115.000 per 50 kg)
  • NPK Kakao: Rp3.300/kg
  • Pupuk Organik: Rp800/kg

Kebijakan tersebut bertujuan agar petani mendapatkan pupuk dengan harga terjangkau, distribusi yang transparan, serta mendukung ketahanan pangan nasional.

Namun, berdasarkan keterangan petani di Pagelaran, harga pupuk subsidi di salah satu kios masih berada di atas HET. Seorang petani yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, dirinya membeli pupuk Urea dengan harga Rp130.000 per sak (50 kg) dan NPK seharga Rp140.000.

“Biasanya dihitung per kwintal, sekitar Rp270.000. Ongkos mobil untuk antar barang kami yang menanggung,” ujarnya saat ditemui, Kamis (2/10/2025).

Hal senada juga disampaikan petani lain yang saat itu tengah membeli pupuk. Ia mengaku membayar Rp270.000 per kwintal dengan tambahan ongkos angkut Rp200.000 untuk pembelian satu ton.

Menanggapi hal tersebut, pemilik kios pupuk, Parman, membenarkan harga jual di tokonya. Ia menyebut harga tersebut berlaku di hampir semua kios di wilayahnya.

“Harga HET Urea memang Rp112.500 dan NPK Rp115.000, tapi kenyataannya di lapangan rata-rata dijual Rp130 ribu sampai Rp140 ribu per sak,” jelas Parman.

Parman menambahkan, biaya angkut dari distributor menjadi salah satu alasan perbedaan harga. Selain itu, ia mengaku khawatir jika menjual sesuai HET, kiosnya akan mendapat tekanan dari kios lain di sekitar wilayahnya.

Lebih lanjut, Parman menyebutkan bahwa penyaluran pupuk dari kiosnya mencakup dua desa, yakni Desa Pagelaran dan Desa Bulagor, dengan total sekitar 300 ton per tahun.