Nusantara

Apakah Sukabumi Merupakan Basis Militer Kolonial Pertama?

Admin
×

Apakah Sukabumi Merupakan Basis Militer Kolonial Pertama?

Sebarkan artikel ini
Apakah Sukabumi Merupakan Basis Militer Kolonial Pertama?
Dusun Tegal Panjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi,

Oleh: KBP (P) Drs. RD Dindin R. Danoeredja, MM

MITRAPOL.com, Sukabumi — Dusun Tegal Panjang, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, kembali menjadi perhatian para pencinta sejarah nasional. Wilayah yang selama ini tampak sunyi dan nyaris terlupakan itu mendadak menarik minat publik setelah Irjen Pol (Purn) Dr. Drs. H. Anton Charliyan, MPKN—tokoh budaya dan sejarawan Nusantara serta mantan Kapolda Sulsel dan Jawa Barat—mengungkap adanya patilasan peninggalan militer kolonial dan Jepang yang diduga berdiri jauh sebelum masa kemerdekaan.

Penemuan tersebut penting bukan semata karena artefak yang berhasil diidentifikasi, tetapi karena kawasan strategis ini selama ratusan tahun seperti “hilang” dari perhatian masyarakat maupun kalangan akademik. Area yang membentang lurus dari Sukaraja ke arah timur hingga Puncak Gunung Padang dan Kecamatan Sukalarang, mencapai sekitar 17 kilometer persegi, tersembunyi di antara bukit, pegunungan, sungai, serta lembah yang terjal.

Wilayah ini memiliki karakteristik geografis yang menyerupai tapal kuda berbukit—posisi yang ideal untuk basis pertahanan. Lokasi seperti ini menyulitkan musuh menyerang dari belakang dan hampir tak terlihat dari udara. Lebih jauh, berbagai fasilitas yang ditemukan menunjukkan struktur sebuah sentral militer yang terorganisasi: heliped, rumah sakit, kantor telegraf, tempat pembuatan mesiu, pos pantau, rel kereta, benteng-benteng pembatas, kompleks asrama prajurit, terowongan, dan sejumlah infrastruktur lainnya yang hingga kini masih terus dikumpulkan dan diidentifikasi.

Dari temuan-temuan ini muncul pertanyaan mendasar: apakah keberadaan Sekolah Polisi pada masa kolonial di Sukabumi sesungguhnya hanya kedok (kamuflase) untuk pendidikan kader militer kolonial? Dugaan tersebut bukannya tanpa alasan. Dalam konteks politik dan keamanan kolonial, pembangunan sekolah polisi sangat mungkin berkaitan erat dengan kebutuhan mempertahankan kekuasaan. Tidak tertutup kemungkinan institusi itu dirancang sebagai pusat kaderisasi militer secara terselubung.

Pendapat ini sejalan dengan pandangan Anton Charliyan dan Ambu Zahwa, budayawati serta peneliti independen asal Sukabumi. Berdasarkan dialog mereka dengan sejumlah tokoh masyarakat setempat, muncul asumsi sementara bahwa markas di Tegal Panjang bukanlah pos biasa. Kompleks yang begitu luas, lengkap, dan tersembunyi kuat mengindikasikan adanya sistem pertahanan kolonial skala besar yang sengaja dirahasiakan pada masanya—dimulai oleh Belanda dan kemudian dimanfaatkan oleh tentara Jepang.

Dengan mempertimbangkan keseluruhan bukti awal ini, wajar bila muncul pertanyaan provokatif namun relevan: apakah Sukabumi sesungguhnya merupakan basis pertahanan militer kolonial pertama yang dibangun secara sistematis dan disembunyikan dari catatan sejarah resmi?

Pertanyaan tersebut tentu membutuhkan penelitian lebih mendalam, pendekatan multidisipliner, dan keterlibatan para ahli sejarah, arkeologi, antropologi, hingga geostrategi. Namun setidaknya, temuan di Cireunghas membuka kembali jendela sejarah yang selama ini tertutup rapat oleh waktu.