MITRAPOL.com, Kapuas Kalteng – Warga RT 06 Dusun Bagugus, Desa Humbang Raya, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, mengungkapkan kekecewaan mendalam terhadap lambannya penyaluran listrik dari PT PLN, meskipun tiang-tiang listrik telah berdiri kokoh di sepanjang Jalan Lintas Trans Palangka Raya–Lahai sejak hampir dua tahun terakhir.
Menurut warga, sebanyak 25 rumah di wilayah tersebut hingga kini belum juga menikmati aliran listrik. Padahal, mereka telah dua kali mengajukan permohonan resmi ke kantor PT PLN Palangka Raya, terakhir pada 9 Juli 2025, dengan melampirkan fotokopi KTP sebagai syarat administratif.
“Sudah tiga bulan kami menunggu setelah pengajuan ulang, tapi belum ada kejelasan. Bahkan survei dari pihak PLN pun belum dilakukan,” ujar salah satu warga.
Saat dikonfirmasi, pihak PLN Palangka Raya melalui Agus Waluyo selaku Manajer Niaga dan Pemasaran PT PLN (Persero) UP3 Palangka Raya menjelaskan bahwa pihaknya akan menindaklanjuti permohonan tersebut dengan melakukan survei ke lokasi.
“Terkait permohonan yang masuk, kami akan survei terlebih dahulu untuk memastikan apakah memerlukan perluasan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) atau tidak. Jika perluasan jaringan diperlukan, proses teknisnya memakan waktu sekitar satu bulan. Jika tidak, sambungan bisa langsung dilakukan,” jelas Agus.
Menanggapi keberadaan trafo listrik yang disebut-sebut telah terpasang di sekitar bangunan kandang ayam, Agus menambahkan bahwa pihaknya belum memiliki data lengkap terkait posisi rumah-rumah warga dan lokasi trafo tersebut.
“Kami akan tunggu hasil survei untuk menentukan solusi ideal. Jangan sampai setelah tersambung justru tegangan listrik menjadi drop karena jarak atau beban tidak seimbang,” tambahnya.
Sementara itu, Imit, seorang warga sekaligus pemilik warung makan di RT 06 Bagugus, menyatakan kekesalannya atas keterlambatan ini.
“Sudah hampir dua tahun tiang listrik berdiri di pinggir jalan, tapi arusnya belum juga disalurkan. Sudah 15 tahun saya tinggal di sini, belum pernah merasakan listrik,” ujar Imit.
Ia menambahkan, akibat tidak adanya listrik, kegiatan usaha warga menjadi terganggu. “Kalau mau cas HP harus ke rumah tetangga, beli es batu pun mahal. Kami ingin punya kulkas dan mesin cuci sendiri agar tidak repot lagi,” keluhnya.
Warga juga menyayangkan sikap kepala desa yang dinilai tidak proaktif. Meskipun sebelumnya Sekretaris Desa telah menyatakan siap membantu, hingga kini belum ada kejelasan ataupun langkah konkret yang dilakukan oleh pemerintah desa.
“Karena tak kunjung ada solusi dari pemerintah desa, kami sendiri yang turun tangan ke PLN untuk memperjuangkan hak kami mendapatkan listrik,” tutup salah seorang warga.
Pewarta: Surya
Editor: Red