Nusantara

Kasus Dugaan Kekerasan Verbal di SDN 1 Lengkukai, DPRD Lampung Minta Polisi Usut Tuntas

Admin
×

Kasus Dugaan Kekerasan Verbal di SDN 1 Lengkukai, DPRD Lampung Minta Polisi Usut Tuntas

Sebarkan artikel ini
Kasus Dugaan Kekerasan Verbal di SDN 1 Lengkukai, DPRD Lampung Minta Polisi Usut Tuntas
Kasus Dugaan Kekerasan Verbal di SDN 1 Lengkukai, DPRD Lampung Minta Polisi Usut Tuntas

MITRAPOL.com, Bandar Lampung – Anggota Komisi V DPRD Provinsi Lampung, Budhi Condrowati, mengecam keras dugaan kekerasan verbal yang dilakukan sejumlah guru terhadap seorang siswa SDN 1 Lengkukai, Kecamatan Kelumbayan Barat, Kabupaten Tanggamus. Kejadian ini menjadi sorotan publik setelah videonya beredar luas di media sosial.

Budhi menilai peristiwa tersebut tidak seharusnya terjadi di lingkungan pendidikan.
“Guru seharusnya menjadi pendidik, bukan hakim yang menghakimi. Apalagi ini masih sebatas tuduhan, belum tentu anak tersebut bersalah. Perilaku seperti itu bisa merusak mental anak dan menimbulkan trauma jangka panjang,” ujarnya, Selasa (12/8/2025).

Ia meminta aparat kepolisian, khususnya Unit PPA Polres Tanggamus, segera memproses kasus ini secara hukum.

“Kami mendesak polisi memanggil seluruh pihak yang terlibat, termasuk pengunggah video. Jika terbukti terjadi kekerasan verbal, harus ada proses hukum yang jelas. Ini bukan hanya soal etika, tetapi juga menyangkut perlindungan anak,” tegas Budhi.

Budhi menambahkan, apabila orang tua korban tidak menerima perlakuan tersebut, kasus ini dapat dibawa ke ranah pidana.

Dalam video yang beredar, tampak seorang siswa laki-laki dimarahi sejumlah guru karena dituduh mencuri uang temannya. Salah seorang guru bahkan menyuruh siswa tersebut untuk berhenti sekolah.

Belakangan, seorang guru bernama Dian mengaku sebagai perekam video tersebut. Ia memberikan klarifikasi melalui rekaman terpisah, menyatakan bahwa video itu awalnya dibuat untuk dikirim kepada ibu siswa yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Namun, rekaman itu kemudian tersebar luas di media sosial.

“Suara dalam video itu memang suara saya. Saya minta maaf kepada pihak sekolah atas kegaduhan ini. Video tersebut saya buat tanpa ada paksaan,” kata Dian.

Kasus ini masih menjadi perhatian masyarakat, terutama terkait perlindungan hak anak di lingkungan sekolah.