Nusantara

Buka acara FGD, Sekda Butur : Lestarikan dan kembangkan Tradisi Haroano Laa

Admin
×

Buka acara FGD, Sekda Butur : Lestarikan dan kembangkan Tradisi Haroano Laa

Sebarkan artikel ini
https://mitrapol.com

MITRAPOL.com, Buton Utara Sultra – Pemerintah Kabupaten Buton Utara (Butur), Melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Butur menggelar acara Focus Group Discussion (FGD) Tradisi Haroano Laa di Kecamatan Kulisusu Barat.

Kegiatan acara FGD Tradisi Haroano Laa tersebut dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Butur Muh. Hardy Muslim, bertempat di Aulah Bappeda Butur, rabu (28/11/2023).

Turut hadir dalam kegiatan ini, Asisten dan Staf Ahli Bupati, Kepala OPD, Camat, Unsur Akademisi Universitas Halu Oleo Dr .Dasmin Sidu, Kepala Desa, Tokoh Adat, dan Perwakilan Masyarakat Langkumbe dan Lambale.

Hardhy Muslim mengatakan Kegiatan ini bernilai penting karena merupakan sala satu upaya pelestarian warisan budaya ” Tak Benda dan Budaya Kebendaan”. sering dikenal sebagai cagar budaya.

“Haroano Laa saat ini juga dapat menjadi insipirasi lokal dalam merawat lingkungan,” kata Sekda Butur.

Ia mengungkapkan, kita tahu bahwa Desa Langkumbe dan Lambale berada dalam aliran sungai besar terdapat habitat buaya yang dapat menjadi ancaman bagi penduduk disekitar.

Dalam tradisi Haroano Laa terdapat upaya manusia yang secara budaya bermaksud membangun hubungan harmonis dengan lingkungan.

“Pada saat melaksanakan haroano Laa ini putra daerah yang berada di dalam kota maupun luar daerah terpanggil untuk pulang menyaksikan acara tersebut,” ungkapnya.

Menurutnya, Haroano Laa menjadi serupa lumbung sosial yang menghasilkan Perjumpaan percakapan dan kerjasama. Semua itu mewujutkan pondasi sosial.

“Saya berharap agar tradisi haroano Laa perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai warisan budaya,”harapnya.

Dikatakan, tentu saja masih banyak masalah yang dijumpai dalam pelaksanaanya. Untuk itulah acara ini dilaksanakan untuk mencari titik temu gagasan dan sumbangsi pemikiran agar kedepan bisa menunjukan kepada daerah lain inilah budaya kearifan lokal.

“Globalisasi harus siposisikan sebagai arena besar bagi pembelajaran budaya, kata kuncinya adalah ” jangan lupakan akar budaya sediri,” tutupnya.

 

Pewarta : David WR

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *