Nusantara

Mengenang 2 Tahun Wafatnya Darsono, Pendiri Univeraitas Pamulang

Admin
×

Mengenang 2 Tahun Wafatnya Darsono, Pendiri Univeraitas Pamulang

Sebarkan artikel ini

MITRAPOL.com, Jakarta – Pada 30 Desember 2024 yang baru lalu, genap dua tahun wafatnya Darsono, pendiri Yayasan Sasmita Jaya. Meski telah berpulang, hingga kini ‘warisan terbesar’ almarhum Darsono masih terus berdiri dan dirasakan manfaatnya oleh banyak pihak. ‘Warisan’ ini berupa hadirnya Universitas Pamulang (UnPam), Perguruan tinggi yang dinaungi Yayasan Sasmita Jaya.

Berkat Darsono lah, UnPam hadir sebagai Universitas dengan biaya yang terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat. Termasuk untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. UnPam mungkin bisa dibilang sebagai Perguruan Tinggi berbiaya paling terjangkau di Indonesia, bahkan di dunia.

Meski berbiaya murah, kualitas pendidikan di UnPam tetap dijaga. Ini dibuktikan dengan kompetensi yang baik dari para dosen perguruan tinggi tersebut, akreditasi yang juga baik, serta berbagai fasilitas pendukung yang disediakan. Kualitas alumninya pun bisa diuji.

Karena murah namun tak murahan, wajar akhirnya kampus ini banyak diminati masyarakat. Per Oktober 2024, UnPam memiliki 102 ribu mahasiswa. Jumlah mahasiswa tersebut tersebar di empat lokasi kampus. Para mahasiswa, terbagi dalam 40 program studi (prodi) pada 11 fakultas.

“Dulu kampus kalau cari mahasiswa harus diiklankan, kampus lain juga begitu sekarang.
Kalau UnPam tanpa di iklankan ribuan calon mhsiswa/i nya dari Aceh hingga Papua datang sendiri,” ujar dosen Fakultas Hukum Unpam, Heru Riyadi, Sabtu, 11 Januari 2025.

Menurut Heru, untuk tahun lalu saja, puluhan ribu orang mendaftar jadi mahasiswa/i UnPam. Dari sisi jumlah mhsiswa/i, kata dia, Unpam unggul dibandingkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

“Semester lalu saja ada 28 ribu mahasiswa/i baru,” ucapnya.

“Perguruan Tinggi Negeri harusnya malu sama kita, sudah dibiayai oleh pemerintah, tapi masih memungut biaya dari mahasiswa/i nya yang jumlah nya lebih mahal dari biaya kuliah di UnPam. Padahal gedung /kampus nya sudah dibangunkan oleh pemerintah dan para dosen nya otomatis di gaji oleh pemerintah juga”, sambung Heru.

Mahasiswa UnPam sendiri berasal dari berbagai latar belakang sosial maupun ekonomi. Ada yang merupakan abdi negara atau pegawai swasta, yang ingin mengejar jenjang karier. Bahkan, kalangan bawah yang hendak mengubah nasib, tak sedikit jumlahnya.

“Saya sehari-hari ojol (pengemudi ojek online). Mau memperbaiki ekonomi dengan cara kuliah di Fakultas Hukum Unpam,” kata Wahyu.

Keberadaan UnPam, menurut Wahyu sangat membantu dirinya. Karena dengan penghasilannya yang terbatas, ia tetap bisa mengenyam pendidikan tinggi.

“Ibu saya kerjanya penjaga anak orang, alias baby sitter dengan upah Rp 1,5 juta per bulan. Dia single parent dan saya punya adik yang masih sekolah,” tutur Wahyu.

“Adanya UnPam sangat membantu saya dan keluarga secara pribadi. Dengan penghasilan ojol saya ikut membantu orang tua memenuhi kebutuhan, tapi tetap bisa kuliah,” imbuh mahasiswa semester 8 ini.

Kebermanfaatan UnPam bagi masyarakat kelas bawah ini juga diakui oleh Praja, mahasiswa UnPam lainnya. Ia mengaku banyak dari teman-temannya di perkuliahan, yang memutuskan mengenyam pendidikan tinggi di UnPam guna merubah peruntungan.

“Sering saya lihat mahasiswa UnPam berasal dari masyarakat ekonomi bawah atau pas-pasan. Ada buruh pabrik, sekuriti sampai ART kuliah di UnPam,” jelas dia.

“Mereka semua kuliah di UnPam, tujuannya cuma satu, yaitu merubah nasib. Mereka pilih UnPam ya karena itu yang paling ramah bagi kantong mereka,” sambung Praja.

Adapun Heru menilai, begitu banyak orang yang terbantu akibat dari hadirnya UnPam. Mulai dari mahasiwa/i yang telah lulus, jajaran Rektorat hingga para dosen dan keluarga mereka. Diketahui, jumlah dosen di Unpam sebanyak 2.200-an orang. Sementara lulusan UnPam sudah lebih dari 58 ribu orang.

“Jumlahnya bisa puluhan ribu orang yang terbantu, bahkan mungkin ratusan ribu. Karena setiap lulusan yang akhirnya mendapatkan pekerjaan yang meningkatkan taraf hidupnya itu kan pasti punya keluarga, minimal dua orang, jadi tinggal dikali kan saja,” jelas dia.

Karena luar biasa besar dan banyak manfaat dari berdirinya Unpam, Heru mengajak seluruh pihak untuk senantiasa berterima kasih kepada Darsono. Ia berharap agar jasa besar pria kelahiran Yogyakarta itu bagi masyarakat, dapat terus dikenang. Setidaknya oleh perguruan tinggi yang Alm Darsono bidani.

Caranya mungkin pihak kampus bisa menggelar simposium atau kegiatan lain setiap tahunnya sekedar mengingat jasa-jasa almarhum pa Darsono. “JASMERAH / jangan melupakan sejarah”.

“Hal itu untuk mengenang jasa dan budi almarhum kepada dunia pendidikan, yang bukan hanya bagi masyarakat Tangerang Selatan atau Banten, tapi bahkan juga se Indonesia,” lanjut dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *