MITRAPOL.com, Jakarta – Rapat pemegang saham Banyuwangi International Yacht Club (BIYC), Senin (24/03/2025) di Jakarta berakhir dengan jalan buntu (deadlock).
“Tentu keadaan ini kurang memuaskan bagi kami, yang tentunya tetap kita hormati,” ujar Eko Sutrisno, S.H., pengacara BIYC kepada awak media di Banyuwangi, Selasa (25/03/2025).
Pertemuan dihadiri oleh para pemegang saham, namun tanpa kehadiran John Lundin maupun Lizza, yang saat ini tengah menghadapi laporan polisi di Bareskrim dan penyelidikan di Singapura, yang hanya mengirimkan wakilnya yang tentu membuat rapat berlangsung formal dan normative.
“Karena tanpa kehadiran John Lundin dan Lizza, rapat tidak memberikan solusi atas masalah-masalah besar yang dihadapi BIYC,” lanjut Eko.
Meskipun demikian, lanjut Eko, rapat tersebut berhasil menghasilkan satu keputusan penting, yaitu kesepakatan untuk melakukan audit forensik terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Audit ini, tambah Eko, akan fokus pada periode masa jabatan Lisa Lundin sebagai direktur, yang diharapkan dapat memberikan data yang lebih jelas terkait keuangan Banyuwangi Internasional Yacht Club, terutama pada tahun-tahun pertama operasional yang kini menjadi sorotan.
Namun, di balik kesepakatan ini, sebagian besar keputusan yang diambil justru mengecewakan banyak pihak. Semua proyek yang diajukan oleh pihak manajemen ditolak oleh perwakilan John Lundin dan Lizza, termasuk proposal untuk melanjutkan operasi dan memperpanjang perjanjian sewa dengan Pelindo.
Akibatnya, kegiatan operasional di Banyuwangi International Yacht Club terpaksa dihentikan sementara waktu.
“Penolakan John Lundin itu tentu memberi dampak besar bagi karyawan yang menggantungkan hidup mereka pada kelangsungan operasi BIYC, sementara pihak Lundin, baik John Lundin maupun Lizza, tampaknya enggan untuk menginvestasikan dana lebih lanjut ke dalam perusahaan,” kata Eko.
Alexander, manajemen BIYC saat ini, merasa bertanggung jawab untuk mencari solusi agar operasional perusahaan dapat tetap berjalan dan karyawan tetap menerima gaji.
Namun, dengan BIYC yang kini ditutup dan tidak menghasilkan keuntungan, situasi ini semakin mempersulit langkahnya.
“Meskipun audit telah disepakati, Alexander merasa bahwa langkah tersebut hanya akan membuang waktu, mengingat ketidaksediaan pihak Lundin untuk melanjutkan investasi,” papar Eko.
Hal ini, lanjut Eko, menambah kebingungan mengenai arah bisnis yang harus diambil, terutama mengingat perusahaan masih memiliki izin untuk melanjutkan aktivitas restoran di lokasi tersebut.
Saat ini, langkah-langkah selanjutnya masih belum dapat dipastikan, dan pihak manajemen harus menunggu hasil audit forensik untuk dapat menentukan keputusan lebih lanjut.
Di sisi lain, sebuah forum bisnis besar antara Rusia dan Indonesia pada bulan April 2025 mungkin membuka peluang baru bagi perusahaan, meskipun masa depan Banyuwangi Internasional Yacht Club tetap tidak pasti.
“Keadaan yang tidak menentu ini menciptakan ketidakpastian besar bagi masa depan dan nasib karyawan yang terlibat dalam operasionalnya,” pungkas Eko.
DR