Nusantara

Kisah Zulkifli Aneuk Syuhada, Jurnalis yang Terluka di Jalan Sunyi

Admin
×

Kisah Zulkifli Aneuk Syuhada, Jurnalis yang Terluka di Jalan Sunyi

Sebarkan artikel ini

MITRAPOL.com, Aceh Timur – Di balik denting keyboard dan gegasnya pemberitaan, ada seorang jurnalis yang tak lelah menembus jalanan sunyi. Ia bernama Zulkifli Aneuk Syuhada. Sosok yang dikenal di kalangan masyarakat pelosok Aceh sebagai ‘juru bicara’ kaum kecil. Sabtu sore (10/5/2025), menjadi saksi bisu perjalanan liputan yang berubah menjadi luka.

Kala itu, langit mulai mendung saat Zulkifli Aneuk Syuhada menuntaskan tugas liputannya di kawasan Kemukiman Blang Seunong. Ia hendak pulang melintasi jalur Buket Rinyeun Kameng, kawasan berbukit terjal yang sudah sangat akrab baginya. Namun siapa sangka, jalur yang biasa ditaklukkannya itu kali ini menjadi titik kelelahan tubuh yang terlalu dipaksa.

Di tengah jalan tanjakan yang licin, sepeda motor yang dikendarainya oleng. Zulkifli Aneuk Syuhada kehilangan kendali. Dalam hitungan detik yang seperti abadi, tubuhnya terhempas bersama kereta Yamaha WR 155 yang menjadi saksi banyak liputan.

Jurang dengan kedalaman sekitar 70 meter memeluknya dalam diam yang menusuk. Di antara semak dan bebatuan, ia terbaring nyaris tak sadarkan diri, sendirian, ditemani suara dedaunan dan bisikan doa dalam hati.

Beruntung, tak lama kemudian, warga yang melintas menemukan tubuh lemah Zulkifli Aneuk Syuhada, Mukhlis, Keuchik Gampong Pante Labu, segera turun tangan, mengerahkan mobil pribadinya membawa jurnalis itu ke puskesmas Pante Bidari untuk selanjutnya dibawa menggunakan ambulans ke RSUDZM Aceh Timur.

Rasa sakit, dan kelelahan bercampur di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Kini, di ruang perawatan RSUDZM Aceh Timur, Zulkifli Aneuk Syuhada terbaring dengan kondisi bahu kanan dan dada yang retak. Setiap helaan napas terasa seperti menyayat, batuk perlahan mulai menyerang, menambah rasa nyeri yang tak terucap.

Namun, di tengah derita, datanglah solidaritas yang menjadi obat paling mujarab. Puluhan pemuda dari Gampong Meunasah Blang kecamatan Langkahan kabupaten Aceh Utara, ada juga sahabat nya dari desa Pante Rambong, datang berbondong-bondong. Mereka bukan hanya membawa buah tangan, tetapi juga membawa semangat, pelukan persaudaraan, dan doa yang tulus.

“Abang Zulkifli Aneuk Syuhada adalah suara kami, suara rakyat di kampung. Hari ini, kami di sini untuk menjadi kekuatan bagi abang. Kami ingin abang tahu, abang tidak sendiri,” ujar M.Jafar. Senin 12 Mei 2025.

Rekan jurnalis dari berbagai daerah pun turut datang. Mereka tahu, apa yang menimpa Zulkifli Aneuk Syuhada bisa menimpa siapa saja dari mereka. Karena itulah jalan yang mereka pilih: jalan sepi, jalan sunyi, jalan yang kadang harus ditembus sendiri demi sebuah cerita yang bisa membuka mata publik. Ucap Marzuki ketua organisasi PWO Aceh Utara.

Hal senada juga disampaikan oleh dua aktivis muda yang datang bersamaan ke ruang perawatan RSUDZM Aceh Timur. Darwin Eng dan Sanusi Madli, yang selama ini dikenal sebagai penggerak isu-isu sosial di wilayah perbatasan Aceh Utara dan Aceh Timur, mengungkapkan rasa empati mendalam atas musibah yang menimpa Zulkifli Aneuk Syuhada.

“Bagi kami, Bang Joel Syuhada sapaan akrabnya, bukan hanya jurnalis. Dia adalah suara nurani kami di kampung. Beliau selalu hadir ketika ada ketidakadilan, tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan. Hari ini, kami di sini sebagai sahabat, sebagai saudara, untuk menguatkan semangatnya,” ujar Darwin Eng, sambil menatap Aneuk Syuhada yang masih terbaring lemah.

Sanusi Madli menambahkan, kehadiran Aneuk Syuhada selama ini telah menjadi bagian penting dalam mengangkat isu-isu pedesaan yang kerap luput dari perhatian media besar. “Kami berharap Bang Joel Syuhada cepat pulih. Kami butuh beliau kembali di tengah-tengah masyarakat, menjadi penyambung suara rakyat kecil yang selama ini sering diabaikan,” tegas Sanusi.

Tak hanya kalangan pemuda dan aktivis, tokoh senior Yahya Ys alias Yahya Bohkaye, mantan anggota DPRK Aceh Timur, turut hadir menjenguk Zulkifli Aneuk Syuhada di ruang perawatan RSUDZM Aceh Timur. Kehadiran Yahya menjadi simbol solidaritas lintas generasi, mengingat kedekatannya dengan Zulkifli Aneuk Syuhada yang selama ini dikenal vokal memberitakan persoalan rakyat kecil.

“Zulkifli Aneuk Syuhada bukan hanya wartawan, tapi juga pejuang sosial bahkan ketua paguyuban Aceh Seranto yang selalu konsisten berdiri di barisan masyarakat kecil. Hari ini saya datang sebagai abang dan sebagai sahabat. Saya tahu betul perjuangan dan pengorbanan beliau di lapangan. Kita semua doakan semoga Zulkifli Aneuk Syuhada cepat pulih, karena banyak masyarakat yang membutuhkan bantuannya.” ungkap Yahya Bohkaye dengan nada haru.

Yahya juga mengajak seluruh elemen masyarakat dan insan pers untuk menjaga kekompakan serta terus memberi dukungan kepada Zulkifli Aneuk Syuhada agar semangat juangnya tak pernah padam meski sedang diuji oleh musibah.

“Kita semua tahu, jalan yang dipilih Zulkifli Aneuk Syuhada itu jalan sunyi, penuh risiko, tapi penuh keberkahan. Ini bukan hanya ujian untuk beliau, tapi juga untuk kita semua, apakah kita mampu berdiri bersama saat sahabat kita terluka,” tambah Yahya.

Ketua Forum Keuchik Kecamatan Pante Bidari, Nasrol ikut hadir memberikan semangat. Ia tahu betul, Zulkifli Aneuk Syuhada bukan hanya sekadar jurnalis, melainkan sahabat bagi masyarakat yang selama ini kerap diabaikan suara dan jeritannya. Kini, Zulkifli masih harus bersabar menanti hasil pemeriksaan lanjutan.

Hatinya ingin segera kembali ke lapangan, mencium aroma tanah, merekam kisah orang-orang yang selama ini menjadi bagian dari napas hidupnya. Tapi untuk saat ini, ia harus merelakan tubuhnya untuk istirahat, membiarkan luka-luka itu disembuhkan waktu, doa, dan kasih dari orang-orang yang mencintainya.

Dari ranjang rumah sakit, dengan suara pelan namun penuh harap, ia berbisik, “Pekerjaan ini bukan hanya tentang berita, tapi tentang pengabdian untuk orang-orang kecil yang tak punya suara. Doakan saya cepat pulih, agar bisa kembali menjadi suara mereka.” Ujar Aneuk Syuhada.

Kisah Zulkifli Aneuk Syuhada adalah cermin tentang dedikasi tanpa pamrih, tentang keberanian seorang jurnalis yang memilih jalan sunyi penuh resiko, namun sarat makna. Karena di balik setiap berita yang kita baca, ada jiwa-jiwa yang rela terluka demi kebenaran yang tak boleh dibungkam.

Reporter: Tim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *