Nusantara

Peringati Hari Santri Nasional alumni wasilatul hidayah berikan ucapan dan motivasi

Admin
×

Peringati Hari Santri Nasional alumni wasilatul hidayah berikan ucapan dan motivasi

Sebarkan artikel ini
https://mitrapol.com

MITRAPOL.com, Jakarta – Memperingati Hari Santri Nasional, jurnalis Mitrapol yang juga sebagai salah satu Alumni Santri Wasilatul Hidayah Muklis memberikan ucapan selamat hari Santri Nasional yang jatuh pada tanggal 22 Oktober 2023 dan memotivasi semangat kepada anaknya yang lagi menimba ilmu di pondok pesantren, Minggu (22/10/2023).

Muklis mengatakan, perjalanan santri itu tidak menemui kata akhir, lulus dari pesantren bukanlah akhir dari sebuah cerita,” Tapi awal dari semua yang dicita-citakan,” Bakal banyak ujian dan peristiwa, walau kita memang sering kali ragu untuk mencoba dan memulai langkah baru, hal yang sama sekali belum pernah kita lakukan sebelumnya. Namun kita harus tetap berjalan untuk kewajiban hidupun.

Lanjut ia, sudah selesai satu langkah yang lalu, berikutnya melangkah lagi untuk tujuan yang baru. Pada saat kita ragu dan berpikir mungkin atau tidak mungkin di situlah tantangan pertama kita menjalani sebuah proses. perjalanan panjang, yang sangat panjang bagi mereka yang menjalaninya, paparnya.

Mondok bukanlah sekadar perjalanan ilmiah yang ragawi, yang hanya membutuhkan kecerdasan intelektual dan ketelatenan. Mondok sekaligus perjalanan rohani untuk menemukan keberadaan-Nya. Usai pengembaraan panjang di pesantren itu, kita menemukan apa yang kita cari selama ini, lulus dari pesantren bukanlah sebuah kata akhir. Karena dalam kata akhir sebuah kebermulaan lahir kembali. Kita akan menghadapi hal baru yang kian berat. Ujian yang telah kita mulai sejak lahir kini menaikkan levelnya.

https://mitrapol.com

Masih hal yang sama, ilmu yang telah dipelajari di pesantren harus kita pilah satu-satu, jangan sekali-kali menuntut jika kita hanya bisa mengajarkan alif-ba-ta, meskipun ilmu kita sekelas profesor. Masyarakat ibarat lautan yang amat luas, tugas kita di pesantren adalah menyiapkan perahu, bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk, hujan gelombang, ombak besar, karang laut dan badai atau laut tenang yang membosankan,” Kita tak pernah tahu apa yang kita hadapi di masyarakat kelak, maka sebanyak mungkin kita belajar, mencari ilmu untuk diri sendiri dan orang lain,” ujarnya.

Pada prosesnya nanti, kesabaran menjadi hal penting untuk terus bertahan dan berjalan. Tekad yang telah terkumpul utuh untuk sekian kalinya harus ditempa lagi, Hidup di masyarakat yang berbeda dengan pesantren menjadikan kita untuk terus berlatih dan berbenah. Seperti yang telah diajarkan oleh para guru, santri harus bisa menjadi paku, tahu akan dirinya sendiri dan mampu menyatukan kultur masyarakat yang beragam, meski nantinya ia rela untuk sama sekali tak disebut dan dilupakan.

Setelah susah payah kita mencarinya, dan mencukupi kebutuhan, ada sebagian harta yang harus kita bagi pada sesama. Setelah perjalanan panjang pencarian ilmu, lekaslah untuk mengamalkan, dan pada puncaknya adalah berbagi, menjadikan diri kita sebuah manfaat untuk orang lain,” tutupnya.

 

Pewarta : Muklis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *