MITRAPOL.com, Garut Jabar – Baru-baru ini, publik dihebohkan oleh pemberitaan tentang dugaan perselingkuhan yang melibatkan seorang anggota dewan di daerah Garut, Jawa Barat.
Kasus ini menjadi sorotan karena perilaku tersebut dianggap sangat tidak pantas, mengingat anggota DPRD seharusnya menjadi wakil rakyat yang terpilih untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Kasus ini tidak hanya mencoreng citra lembaga legislatif, tetapi juga berdampak buruk pada kehidupan keluarga yang terlibat.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, AY, yang sebelumnya memberikan keterangan, mengungkapkan bahwa oknum anggota DPRD dari dapil 6 Garut yang diduga terlibat dalam perselingkuhan pada tahun 2023 lalu adalah anggota dari Partai Golkar (Golongan Karya).
“Dan dia menjabat sebagai dewan Golkar dapil 6.Kemaren menjabat sebagain ktua komisi 11,” jelas AY dalam pesan WhatsApp-nya.
Ketika tim media mencoba menghubungi oknum dewan yang dimaksud (ARS) untuk meminta klarifikasi, mereka menanyakan apakah benar ia berasal dari Partai Golkar sambil menunjukkan foto yang diperoleh dari akun Instagram.
Dalam foto tersebut, terlihat jelas bahwa ia mengenakan seragam Partai Golkar. Namun, hingga berita ini diterbitkan, oknum dewan tersebut tidak memberikan tanggapan, meskipun pesan yang dikirim oleh awak media telah diterima.
Selain itu, AY juga mengungkapkan bahwa perselingkuhan mereka pernah diketahui oleh mantan suaminya.
Hal ini disampaikan oleh AY melalui panggilan WhatsApp kepada awak media, di mana ia mengakui bahwa perselingkuhannya dengan oknum DPRD Kabupaten Garut yang sudah beristri tersebut diketahui oleh mantan suaminya melalui pesan chat WhatsApp.
“Ia sih bng, jujur perselingkuhan kami pernah diketahui oleh mantan suami saya melalui pesan chat wahatsap. Dan waktu itu mantan suami saya bertemu dengan oknum dewan, Aa, EK dan ada tuh satu orang lagi,” ungkapnya.
“Saya sendiri yang meminta oknum dewan tersebut untuk membiayai perceraian kami, agar semuanya berjalan aman dan tidak ada masalah,” tambahnya.
Kisah ini menjadi potret kelam tentang bagaimana seorang pemimpin, yang seharusnya menjadi teladan, justru terjerumus dalam perbuatan yang merusak.
Perilaku ini menimbulkan pertanyaan, apakah seorang wakil rakyat yang dipilih oleh masyarakat layak terus memegang jabatannya dengan perilaku yang tidak pantas seperti ini? (R.S/Red)