Opini

Istilah Terstruktur, Sistematis dan Masif dikala musim Pemilu

Admin
×

Istilah Terstruktur, Sistematis dan Masif dikala musim Pemilu

Sebarkan artikel ini

Oleh: Sp, Rayrobbend Swr Kepala Biro Media Mitrapol Sukabumi

MITRAPOL.com, Sukabumi Jabar – Istilah Terstruktur, Sistematis dan Masif (TSM) selalu muncul disetiap Pemilu selama tahapan proses Pemilu dan semakin sering nongol setelah diketahui hasil Pemilu, seolah lagu pengiring yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual Pemilu.

“Lagu” itu dinyanyikan secara terstruktur, sistematis dan masif oleh pihak yang merasa akan kalah hingga benar-benar kalah, di mulai dari elite-nya diteruskan buzzer-buzzernya (terstruktur dan sistematis) lalu diikuti serentak oleh simpatisan atau pendukungnya di akar rumput (masif).

Kalau di kalangan elite-nya saya yakin mereka faham apa itu TSM yang mengacu ke tuduhan kecurangan pemilu, namun seperti umumnya politikus seolah haram untuk jujur mengakui apa adanya, tabu berkata atau berpendapat secara obyektif jika itu merugikan kepentingannya.

Kalau buzzer jelas tidak penting soal benar salah, tetap “Maju tak gentar membela yang bayar”. Mereka bekerja dan mendapat bayaran, urusan selesai sampai di situ.

Lagu bagaimana dengan simpatisan di akar rumput? Nah ini dia. Saya yakin sebagian besar (kalau tidak boleh disebut semua) akar rumput yang secara sukarela dan -maaf- bodoh ikut koor menyanyikan lagu TSM itu tidak faham apa itu TSM. Yah, karena keahlian utama mereka adalah copy-paste atau meneruskan (forward) produk gerombolan buzzer.

Keahlian utama yang hanya sebatas itu ditambah bumbu “membela kebenaran” apalagi “membela agama”, semangat lah mereka tanpa sadar bahwa mereka hanya jadi alat dari para elite.

Nah, saya menulis ini dalam rangka memberikan edukasi terutama kalangan simpatisan di akar rumput agar tidak terus-menerus dibodohi elite. Memangnya hanya pembuat fim “dirty vote” itu yang (merasa) bisa memberikan edukasi? (sombong amat lu pade!!! Kami, masyarakat umum juga bisa, tidak sebodoh yang dikira oleh orang-orang yang ngakunya pakar itu).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *